Apa sih yang Menyebabkan Perang Dunia di Abad 20?
Jika dilihat dari satu sisi sejarah, perang dunia di abad 20 bisa dibilang salah satu perang terbesar dalam sejarah peradaban manusia yang mengakibatkan kerugian yang tidak terbayangkan bagi banyak pihak. Sebuah kekonyolan sejarah yang tidak boleh sampai terulang, dan harus menjadi pelajaran penting bagi semua pihak agar tidak jatuh ke lubang yang sama. Cara untuk tidak mengulangi kekonyolan tersebut? Ya ga ada cara lain selain memahami kronologinya, mengetahui apa penyebabnya, dari mana akar masalah konfliknya, dan apa konsekuensi dari semua itu.
Sebagai orang yang terpelajar, mungkin lo berpikir bahwa sebagian besar orang juga tau tentang sejarah perang dunia di abad 20. Selain karena momentum itu sangat menentukan sejarah dunia modern, tapi juga karena tema itu udah sering banget diangkat di banyak film Hollywood, game, novel, komik, dan lain-lain. Namun, kenyataannya gimana?
So, apa sih pentingnya bagi kita untuk tau sejarah perang dunia? Itu kan sudah berlalu, kenapa ga move on aja melihat masa depan? Gini lho, kita sebagai masyarakat demokratis punya KEKUATAN untuk memilih siapa orang-orang yang akan mengambil keputusan krusial dalam politik dunia. Misalnya dalam konteks video tadi adalah warga Amerika, di mana AS adalah negara superpower yang sampai detik ini masih terlibat perang di Irak, Afganistan, Somalia, Pakistan, Yemen, dan lain-lain…
APA JADINYA kalo warga Amerika yang memilik hak dan kekuatan memilih pemimpinnya, tapi ga punya pemahaman tentang sejarah konflik terpenting yang membentuk peta dunia seperti sekarang ini?? Masyarakat demokratis yang BUTA SEJARAH, akan mudah sekali disetir oleh media propaganda, fitnah, dan berita palsu untuk membelokan persepsinya terhadap kepentingan kekuasaan tertentu. Nah itulah pentingnya belajar sejarah, supaya kita sebagai orang terdidik, bisa punya peran sebagai masyarakat demokratis yang kritis.
Sekarang, kalo di video tadi temanya tentang Perang Dunia Kedua, gua mau kita balik lagi ke pertanyaan awal dulu. “Apa sih penyebab terjadinya Perang Dunia Pertama?” Kalo lo mengacu pada textbook sejarah SMA, biasanya jawaban hafalannya adalah penembakan Pangeran Franz Ferdinand dari Austria, oleh kaum pro-nasionalis Serbia. Padahal sebetulnya, akar masalah dalam konflik ini ga sesederhana itu. Ada polemik yang seru banget antar negara-negara Eropa yang menjadi akar masalah konflik beberapa negara-negara terkuat di dunia saat itu, sampai akhirnya meluas dan menyeret seluruh dunia!
Nah, kali ini gua mau ceritain ke lo kronologi sejarah yang nantinya akan menyebabkan konflik antar negara superpower di Eropa. Mohon maklum kalo pembahasan gua akan agak panjang, pastiin lo lagi santai supaya enjoy bacanya. Anggep aja lo lagi gua dongengin tapi isinya sejarah konflik perang yang beneran terjadi. Moga-moga habis baca artikel gua ini, pengetahuan umum lo nambah, khususnya tentang pemahaman sejarah konflik perang dunia.
Latar belakang situasi di Eropa pra Perang Dunia 1
Karena nyeritain sejarah perang itu kompleks, gua mau ambil dari satu sudut pandang negara aja, dan yang gua pilih adalah negara Jerman. Dengan mengambil perspektif Jerman, lo bisa ngeliat akar masalahnya secara lebih mendalam. Untuk sementara, kita mulai ceritanya dari Eropa di tahun 1871. Waktu itu, Prussia (nama Jerman jaman dulu) baru aja mengalahkan Perancis dalam perang Franco-Prussia (1870-1871) dan mendirikan kekaisaran Jerman di bawah Kaiser Wilhelm I dan peran besar sang Perdana Menteri Otto von Bismarck. Seluruh Jerman tenggelam dalam euforia kemenangan.
Sang PM Jerman, Bismarck yang terkenal dengan kejeniusannya dalam berpolitik tau bahwa kerja kerasnya baru akan dimulai. Tujuan Bismarck cuma satu, kestabilan politik luar negeri akan membuat Jerman sejahtera. Untuk menjaga kestabilan itu, prinsipnya cuma 2: berkawanlah dengan pihak yang tepat, dan buatlah musuh Jerman jadi selemah mungkin. Berdasarkan itu, Bismarck merumuskan kebijakan luar negerinya dalam 4 point penting:
1. PERTAMA dan terutama adalah: ISOLASI PERANCIS!
Dari semua tetangga Jerman, Perancis adalah yang mendendam kepada Jerman. Bukan saja dia dikalahkan dalam perang Franco-Prussia, Jerman juga merampas 2 provinsinya: Alsace dan Lorraine. Bismarck tahu persis Perancis sedang menunggu kesempatan untuk menyerang Jerman lagi. Strateginya adalah pelemahan Perancis, isolasi negaranya, stop jalur perdagangannya, hambat ekonominya, jangan biarkan dia bersekutu dengan pihak yang kuat!
2. KEDUA, bersekutulah dengan Austria-Hongaria.
Dari semua tetangga Jerman, Austria-Hongaria adalah yang “terdekat” sebab pada latar belakang budayanya mirip banget. Bahkan sebelum 1860an, banyak orang Jerman bermimpi “Negara Jerman” akan dipimpin oleh Austria! Karena itu, alangkah baiknya, dan alangkah mudahnya menjadikan tetangga serumpunnya ini sekutu Jerman. Hei, kami kan masih saudara lama, Bung!
3. KETIGA, berkawanlah dengan Rusia
Di Timur Jerman, negara raksasa bernama Rusia berdiri tegak. Di satu sisi, Rusia dengan lebih dari 100 juta rakyatnya bisa menggilas Jerman kalau kedua negara berperang. Di sisi lain, Rusia membutuhkan Jerman untuk memodernisasi negara raksasanya yang untuk saat itu masih terbilang minim pembangunan. Sebaliknya, Jerman membutuhkan Rusia sebagai pemasok sumber daya alam & sekaligus konsumen produk-produk industri Jerman. Bismarck tahu persis, persahabatan dengan Rusia adalah syarat mutlak untuk keamanan dan kemakmuran Jerman.
4. KEEMPAT, jangan cari gara-gara dengan Inggris!
Terakhir, di seberang lautan Jerman, berdirilah kekaisaran Inggris, sang penguasa lautan, kekuatan kolonial terbesar di dunia. Hubungan mereka jelas bukan kawan, tapi juga belum jadi lawan, hanya sebatas saingan dagang. Masalahnya, semua kapal dari dan ke pelabuhan-pelabuhan Jerman harus melewati Inggris. Seandainya Inggris membantu Perancis, berarti export-import Jerman tidak bisa dilakukan lewat laut! Karena itu, jangan coba cari gara-gara dengan Inggris deh!
—————
Bismarck bekerja sangat keras untuk memenuhi 4 prinsip yang dia percaya bisa menjaga kestabilan politik Jerman ini. Sebagai PM, dia terus menekankan bahwa Jerman tidak punya rencana untuk memperluas wilayahnya sama sekali, bahwa Jerman sudah mendapatkan semua wilayah yang mereka butuhkan dan inginkan. Intinya dia ga mau cari gara-gara sama Austria, Inggris, dan Rusia. Sementara Perancis dia coba isolasi supaya ga jadi ancaman serius ke depannya.
Puncaknya adalah di tahun 1873 ketika Bismarck berhasil menciptakan “Dreikaiserbund” atau “Persekutuan Tiga Kaisar”[1] yg menjadikan Jerman sekutu Austria-Hongaria dan Rusia. Di saat yang sama, Bismarck juga amat hati-hati untuk tidak menyinggung Inggris. Bismarck pribadi ga terlalu percaya dengan metode kolonialisme dan penjajahan. Itulah kenapa di bawah kepemimpinan Bismarck, Jerman ga ada niatan menjajah dan bikin koloni di Asia dan Afrika. Bismarck tahu betul, koloni di luar negeri membutuhkan perlindungan armada tempur. Sementara itu, pembangunan armada tempur akan menyinggung perasaan Inggris sang penguasa lautan (melanggar point keempat).
Di tahun 1880an, kerja keras Bismarck berhasil. Perancis terisolasi total, Jerman adalah negara terkuat di Eropa, bersekutu dengan 2 kekuatan hebat, yaitu Austria-Hongaria dan Rusia. Sementara Inggris masih adem-ayem membiarkan kapal-kapal dagang Jerman keluar masuk perairan mereka. Saat itu, Jerman dipercaya menjadi penengah negara-negara Eropa yang lain. Empat prinsip jenius kebijakan luar negeri rumusan Bismarck berjalan mulus! Namun, perdamaian tersebut tidak abadi.
Runtuhnya keempat prinsip kebijakan luar negeri Bismarck
Hubungan Austria-Rusia panas, Jerman cari aman
Empat rumusan jitu ala Bismarck sebetulnya ga segitu berjalan mulusnya. Ada-ada saja tantangan yang berusaha meruntuhkan itu. Puncaknya ketika konflik Rusia vs Austria-Hongaria memanas, Bismarck mencoba meyakinkan Rusia bahwa Jerman tidak memiliki keinginan untuk menghalangi Rusia melawan Austria. Bahwa persekutuan Jerman dengan Austria-Hongaria itu diarahkan hanya untuk mengisolasi Perancis, bukan untuk memusuhi Rusia. Untungnya, pihak Rusia percaya, tapi supaya lebih meyakinkan lagi, mereka diam-diam menandatangani perjanjian (Reinsurance Treaty) yang mempertahankan pertemanan Rusia dengan Jerman.
Untuk menggantikan sekutu militer yang pecah kongsi, Jerman mencoba menggandeng Italia. Sepintas, Italia bisa jadi kawan baru karena Italia memang musuh lama Perancis. Namun, Italia ga bisa terlalu diharapkan, karena Italia juga adalah musuhnya Austria-Hongaria, dan kekuatan militer Italia ga sekuat Rusia. Intinya, persekutuan militer Jerman udah ga sekuat dulu lagi, ketika masih dalam aliansi 3 Kaisar. Ketika masalah pecah kongsi ini baru selesai, sudah muncul masalah baru, kali ini munculnya dari internal Negara Jerman sendiri.
Pergantian Kaiser bertubi-tubi
Walaupun Bismarck adalah sosok terpenting dalam politik Jerman waktu itu, kita harus ingat, Bismarck itu Perdana Menteri, bukan Kaiser Jerman! Kaiser Jerman adalah Wilhelm I yang lebih suka menyerahkan semua urusan pemerintahan kepada Bismarck. Kaiser Wilhelm I yang sudah tua wafat 9 Maret 1888. Dia digantikan oleh putranya, Kaiser Friedrich III yang dikenal demokratis, pencinta kebebasan dan perdamaian.
Sayangnya, Kaisar Friedrich III cuma memerintah 99 hari. Dia wafat karena kanker tenggorokan. Akhirnya, tanggal 15 Juni 1888, Kaiser Wilhelm II yang baru berumur 30 tahun, cucu Wilhelm I, naik takhta. Bismarck yang jauh lebih tua dan berpengalaman merasa dia bisa mengatur Kaiser muda yang belum ngerti apa-apa tentang dunia politik luar ini. Oh, betapa salahnya beliau…
Kaiser Wilhelm II, sang biang kerok kekacauan!
Tidak seperti kakeknya yang menyerahkan semua urusan pemerintahan kepada Bismarck, atau ayahnya yang memiliki ide untuk menciptakan kekaisaran demokratis seperti Inggris, Wilhelm II punya ambisi besar dalam MILITERISME! Bismarck yang selama ini selalu menjadi “pendamai”, mulai dianggap sebagai penghalang bagi Kaisar baru, akhirnya Wilhem II berencana pelan-pelan mengurangi kekuasaan politik Bismarck.
Caranya gimana? Pertama, dia memilih penasihat-penasihat yang mengagung-agungkan kekuatan militer. Para penasehat yang gila militer ini ga bisa mikir panjang, prinsipnya kalo Jerman ingin berkuasa, kalo Jerman ini disegani, ya harus bangun kekuatan militer paling kuat! Untuk itu, para penasehat Wilhem II mendorong sang Kaiser untuk membangun armada tempur, yang notabene berpotensi melanggar 4 prinsip kestabilan Bismarck. Mulai kacau dah rencana Bismarck!
Nah inilah, salah satu pemicu kejatuhan kestabilan politik Jerman, yang nantinya akan menyeret seluruh Eropa, dan akhirnya seluruh dunia! Bismarck mati-matian berusaha meyakinkan Kaisar muda ini untuk tidak bertindak gegabah membangun pangkalan militer, tapi semuanya percuma. Benturan demi benturan terjadi antara Bismarck dan Kaiser baru yang masih hijau ini. Akhirnya Bismarck menyerah, semuanya berujung pada pengunduran diri Bismarck di tahun 1890.
Setelah pengunduran diri Bismarck, Kaiser Wilhelm II dengan bebas menerapkan semua kebijakannya sendiri.
N.B. Tahun 1893, tiga tahun setelah Bismarck mengundurkan diri, beliau meramalkan “Dua puluh tahun lagi, akan ada perang hebat yang menelan seluruh Eropa karena kebodohan di daerah Balkan.” Bismarck cuma meleset satu tahun.
Persekutuan Jerman-Rusia berakhir sudah
Tahun 1890, Rusia menemui pihak Jerman untuk memperpanjang Reinsurance Treaty, sebuah perjanjian perdamaian yang dibuat Bismarck. Sintingnya, Kaiser Wilhelm II menolak untuk memperpanjang perjanjian damai dengan Rusia karena Wilhelm II ingin melebarkan pengaruh Jerman ke daerah Timur Tengah, yang juga menjadi sasaran Rusia.
Makin lama, kebijakan Wilhem II bagi Jerman ini terasa menjadi bentuk ancaman nyata bagi Rusia, contohnya pembangunan rel kereta Baghdad Railways dari Berlin hingga Turki. Makin baper deh Rusia! Apalagi kalau Jerman sudah bersekutu dengan Turki juga selain dengan Austria-Hongaria, Rusia makin merasa terkepung! Rusia langsung mencari sekutu untuk menembus kepungan ini. Sekutu termudah adalah musuh utama Jerman: yaitu Perancis. Tahun 1894, persekutuan militer Perancis dengan Rusia ditandatangani, lahirlah DUAL ENTENTE. Hasil warisan kebijakan luar negeri Bismarck untuk kestabilan politik Jerman, makin berantakan.
Mulai cari gara-gara dengan Inggris
Ambisi Kaiser Wilhelm II semakin menjadi-jadi, dia ingin “menempatkan Jerman di puncak”, membuat Jerman menjadi negara yang paling disegani nomor 1 di dunia. Tentu saja untuk itu, faktor yang paling penting adalah MILITER.
Tolak ukur gengsi militer sebuah negara di zaman itu adalah armada tempurnya. Makin kuat armada tempurnya, makin diseganilah (militer) negara tsb. Untuk armada tempurnya, indikatornya seperti ini:
- Berapa banyak kapal tempur (Battleship) yang dimiliki?
- Seberapa besar kapalnya?
- Seberapa besar meriamnya?
- Seberapa cepat kapal tempur itu di lautan?
Sang Kaiser yang begitu ingin menaikkan gengsi Jerman dengan mudah menyetujui ide penasihat-pensihatnya untuk gila-gilaan membangun armada tempur laut yang bisa menyaingi armada tempur Inggris. Tahun 1898, pembangunan tsb dimulai. Lagi-lagi rumusan Bismarck untuk “jangan cari gara-gara dengan Inggris” dilanggar, Inggris yang merasa terancam tentu saja meningkatkan juga pembangunan armada tempurnya. Makin panaslah hubungan kedua negara.
Wilhelm II dengan pedenya berasumsi bahwa Inggris gak mungkin nekat memusuhi Jerman, karena saat itu Inggris sedang bersitegang juga dengan Perancis karena perebutan jajahan di Afrika, belum lagi Inggris juga lagi panas dengan Rusia karena perebutan jajahan di Asia Tengah. Namun, ternyata Wilhelm II salah perhitungan. Persaingan tanah jajahan di Afrika dan Asia Tengah dianggap Inggris TIDAK SEPENTING ancaman terhadap tanah air sendiri oleh kapal-kapal perang Jerman.
Akibatnya, tahun 1904 Inggris dan Perancis sepakat menyepakati perbatasan jajahan-jajahan mereka. Di tahun 1907, kesepakatan serupa tercapai dengan Rusia. Dengan kesepakatan ini, Jerman dan Austria-Hongaria praktis berhadapan dengan Inggris-Perancis-Rusia. Aliansi ini dikenal dengan TRIPLE ENTENTE. Kebijakan luar negeri Bismarck dihancurkan oleh kaisarnya sendiri. Peta aliansi di Eropa bergeser menjadi 2 kubu besar. Triple Alliance & Triple Entente, supaya lebih kebayang coba lihat gambar di bawah:
Krisis Politik di daerah Balkan
Oke, sekarang lo udah ada bayangan bentuk pemetaan konflik di Eropa. Nantinya, peta konflik ini akan menjadi bom waktu meletusnya perang dunia. Di sisi lain, pemicu awal perang itu sendiri bukan terjadi di Eropa Timur, tapi di daerah Balkan! Supaya lebih kebayang, ini yang gua maksud dengan daerah Balkan:
Persaingan antara Austria-Hongaria, Rusia, dan Turki cuma 2 dari banyak persaingan dan ketegangan di daerah itu. Sesaat sebelum Perang Dunia 1 pecah saja sudah ada 2 perang di daerah itu: Perang Balkan Pertama (Oktober 1912 – Mei 1913, antara Turki melawan semua negara Balkan) dan Perang Balkan Kedua (Juni – Agustus 1913, antara Bulgaria melawan Turki + semua negara Balkan yang lain).
Di tengah ketegangan itu, Serbia berambisi menyatukan sebagian besar bangsa Slavia di daerah Balkan. Mereka berambisi mendirikan negara Yugoslavia[2] yang merupakan gabungan dari Slovenia, Croatia, Bosnia, Serbia, Kosovo, dan Macedonia. Gede banget yak! Tapi masalahnya, di sisi lain Austria-Hongaria baru saja menduduki Bosnia-Herzegovina di tahun 1909. Impian Serbia untuk menyatukan bangsa Slavia di bawah naungan satu negara baru bernama Yugoslavia terancam gagal karena Austria menduduki Bosnia & Herzegovina.
Kondisi ini akhirnya pecah secara tidak terduga ketika putera mahkota Austria-Hongaria, Pangeran Franz Ferdinand, hendak mengunjungi ibukota Bosnia yaitu Sarajevo. Di tengah perjalanan, seorang pemuda nasionalis Serbia (+didukung kelompok rahasia ultra-nasionalis Serbia, bernama Black Hand) yang mendambakan pembentukan negara Yugoslavia nekat membunuh Franz Ferdinand dan istrinya dengan tembakan pistol dari jarak dekat. Hal ini jelas bikin geger seluruh Eropa, seorang putra mahkota Austria dibunuh oleh pemuda Serbia ga jelas di Sarajevo!
Kalau saja keadaan tidak tegang, peristiwa ini seharusnya bisa menjadi peristiwa kriminal “biasa”. Pembunuhnya ditangkep, diadili, lalu dihukum mati, selesai masalah! Namun, saat itu keadaan sudah sangat tegang. Pihak Austria-Hongaria melihat ada kesempatan untuk menuntut & mempermalukan Serbia sekaligus Rusia yang selama ini berperan sebagai “Kakaknya Serbia”.
“Masa iya menyambut tamu negara dengan cara begitu? Dengan membiarkan terjadinya pembunuhan pada putera mahkota dan istrinya?”
Tanggal 23 Juli 1914, kekaisaran Austria-Hongaria mengajukan ultimatum kepada pihak Serbia yang intinya adalah 10 tuntutan:
- Menghentikan semua propaganda anti Austria-Hongaria
- Membubarkan organisasi “Tangan Hitam” yang dipercaya berada di balik pembunuhan ini
- Menghilangkan semua materi anti Austria-Hongaria dari buku pelajaran dan publikasi pemerintah
- Memecat semua anggota militer dan PNS yang terlibat kegiatan propaganda anti Austria-Hongaria
- Menerima perwakilan kekaisaran Austria-Hongaria untuk mengawasi kegiatan 5 tuntutan di atas
- Mengadili semua orang yang diduga terlibat pembunuhan putra mahkota di bawah pengawasan perwakilan Austria-Hongaria.
- Menangkap walikota Voija Tankositch dan PNS bernama Milan Ciganovich, yang terlibat dalam pembunuhan
- Menghentikan dan mencegah penyelundupan senjata dari wilayah Serbia.
- Mengakui keterlibatan warganegara, PNS, dan militer Serbia dalam pembunuhan tsb.
- Mengabarkan pemerintah Austria-Hongaria tentang semua perkembangan terkait ultimatum ini.
Jawaban ditunggu selambat-lambatnya jam 17:00 tanggal 25 Juli 1914. Waaaah, makin tegang aja nih suasananya! Awalnya sih, pihak Serbia lumayan keder juga menghadapi ancaman dari Austria. Dari 10 tuntutan keras ini, pihak Serbia secara umum menyanggupi kecuali agak keberatan untuk nomor 6. Biasanya sih, kalau 9 dari 10 tuntutan sudah dipenuhi, itu bisa dimaklumi, negosiasi bisa dikatakan sudah dimenangkan. Tapi gilanya di sini, si duta besar Austria-Hongaria malah dengan angkuh menganggap pihak Serbia tidak mau menurut, dan langsung menghubungi kementerian luar negeri menyatakan pihak Serbia tidak kooperatif!
Pihak Austria-Hongaria yang merasa didukung Jerman ngotot memaksakan point #6 terpenuhi. Sementara itu, Rusia yang merasa sebagai “Kakak dari Serbia” malah makin panas-panasin adeknya.
“Hei Serbia, lo jangan takut dan mau disetir gitu, tenang aja, kan ada gue yang jadi bekingan lo!” – Rusia [3]
Merasa didukung negara segede Rusia + melihat peluang melawan Austria dan mendirikan Yugoslavia, akhirnya Serbia malah bersikap non-kooperatif beneran!! Gila ga tuh, dari yang tadinya udah menyanggupi 9 dari 10 tuntutan, jadi beneran ribut gede!
Akhirnya 28 Juli 1914, Austria-Hongaria menyatakan perang melawan Serbia. Keesokan harinya, Rusia menyatakan mendukung penuh Serbia. Sementara Kaiser Wilhelm II sudah mulai panik. Persekutuan militernya dengan Austria-Hongaria akan melibatkan Jerman dalam konflik ini. Berarti Jerman harus siap ribut sama raksasa Rusia! Dia tak mau masalah konyol karena penembakan putra mahkota negara tetangga malah jadi berbuntut panjang buat negaranya. Masa cuma karena satu orang nekat bunuh pangeran, bisa berubah menjadi perang besar-besaran!??
Ngerasa masih sempet, Kaiser Wilhem II buru-buru menghubungi kaisar Rusia untuk menghentikan mobilisasi umum untuk mencegah terjadinya perang. Mungkin waktu itu dia bilang:
“Woi, udah gila ya lo? Masa gara-gara konflik negara tetangga, kita jadi ikut terseret perang kayak gini?? Lo bisa ga bayangin militer Rusia kalo bentrok sama militer Jerman? Bisa jadi kiamat seluruh dunia!” [4]
Wilhem II juga menghubungi Raja Inggris untuk meyakinkannya, Jerman gak akan mengusik Perancis lagi asalkan Perancis tidak mengikuti jejak Rusia dan Serbia. Tentu saja pihak Perancis juga diminta agar tetap netral. Akhirnya, semua menjawab:
“Oke deh Wilhem, Perancis dan Inggris ga akan ikut-ikutan. Tapi lo buktikan dulu dong! Itu kok militer Jerman udah mulai gerak ke arah Perancis sih? Coba lo hentikan mobilisasi militer Jerman! Jangan di mulut doang lo bilang damai, tapi tentara lo maju ke sini” [5]
Dengan panik, sang Kaiser segera menghubungi para Jendralnya:
“Woi, udah gila ya kalian?? Kenapa gerak tanpa perintah gue? Segera hentikan mobilisasi! Ini kan cuma masalah negara tetangga, ngapain kita jadi ikut-ikutan terseret!” [6]
Ketika sang Kaiser memerintahkan jendralnya untuk menghentikan mobilisasi militer Jerman, sang jendral menjawab “Wah, tidak bisa yang mulia…” dengan lemas. Loh, kok jendral berani-beraninya bilang “tidak bisa” ke kaisarnya sendiri? Alasannya adalah taktik militer yang dianut oleh tentara Jerman sejak tahun 1890an, bernama Schlieffen Plan. Apaan tuh Schlieffen Plan?
Schlieffen Plan yang tak bisa dihentikan
Ketika ketegangan dimulai sejak 1890an, militer Jerman sudah melakukan perencanaan darurat militer. Rencana mereka disebut “Schlieffen Plan”. Rencana ini, adalah taktik militer darurat kalau-kalau nanti Jerman akan menghadapi perang melawan Perancis dan Rusia di saat bersamaan. Intinya rencana ini adalah memusatkan 90% tentara Jerman untuk menerobos Belgia, lalu merebut Paris. Setelah Paris direbut, Perancis akan menyerah, barulah tentara itu dikerahkan ke Timur untuk menyerang Rusia.
Berdasarkan taktik darurat ini, opsir-opsir militer Jerman dari sejak akademi sudah DILATIH untuk mengeksekusi rencana ini! Schlieffen Plan ini sudah DIPATRI di otak semua tentara Jerman tanpa terkecuali dengan intensif. Begitu Franz Ferdinand terbunuh, segenap angkatan bersenjata Jerman (yang notabene bersekutu dengan Austria) refleks langsung menggerakan Schlieffen Plan ini secepat mungkin, dari jendral tertinggi sampai kopral terendah. Semuanya bergerak, semua sudah refleks tau apa yang harus dilakukan, tanpa perlu ada komando dari pusat.
Ketika Kaiser Wilhelm II memerintahkan “STOP, HENTIKAN MOBILISASI!!” itu berarti beliau memerintahkan tentara Jerman MELANGGAR latihan dasar, pendidikan dasar, prinsip dasar utama dalam kepercayaan militer mereka. Di era awal abad 20, tentu saja komunikasi jauh lebih lambat daripada era smartphone di abad 21 ini. Komunikasi ke lapangan tercanggih saat itu, cuma berupa Telegram. Ga ada LINE, ga ada Twitter, ga ada Facebook.
Karena itulah, butuh waktu sampai berminggu-minggu agar perintah sang Kaiser mencapai tentara di lapangan. Tentara-tentara yang menerima perintah yang “ganjil luar biasa” ini juga merasa ragu-ragu. Ini serius beneran nih dari Kaiser? Kita dari dulu disuruh segera eksekusi rencana ini secepatnya kalau kondisi darurat, jangan-jangan ini perintah palsu! HOAX!! Sebagian yang bingung dengan perintah ini, malah akan meminta konfirmasi ulang dari pusat sambil tentaranya tetap gerak maju. Setelah konfirmasi dikirim, mereka harus meneruskan perintah tersebut, tapi bawahan mereka juga akan ragu juga, dan seterusnya. Akhirnya mobilisasi tetap berjalan tanpa bisa dibendung lagi.
Itulah maksud jawaban “Tidak bisa”-nya sang jendral Jerman pada Kaisernya. Sang jendral tahu betul perintah itu takkan bisa ditaati secara instan, teknologi informasi belum secepat itu, pesan takkan sempat meluas ke lapangan. Sang jendral yang tahu bahwa militer Jerman akan segera memulai perang yang tidak akan menguntungkan siapapun, perang yang bahkan tidak disetujui oleh Kaisernya sendiri mengundurkan diri ke tendanya, dan menangis. Ironis banget ya? Inilah kronologi terjadinya perang dunia pertama.
Epilog
Jerman gagal menghentikan mobilisasinya, Rusia meneruskan mobilisasinya, begitu pula Perancis, Inggris, Austria-Hongaria, dan Serbia. Akhirnya dimulailah perang dunia pertama yang menjadi pemicu awal berbagai bentrokan di seluruh dunia pada awal abad 20.
Tanggal 3 Agustus 1914, Jerman menyatakan perang melawan Perancis dan mengeksekusi “Schlieffen Plan”. Ketika Belgia menolak memberikan jalan pada tentara Jerman, pasukan Jerman menerobos masuk. Inggris pun menyatakan perang melawan Jerman tanggal 4 Agustus 1914. Italia yang merasa aliansi militernya dengan Jerman dan Austria-Hongaria adalah aliansi pertahanan menolak berperang di pihak Jerman, bahkan belakangan turut membantu Inggris, Perancis, dan Rusia. Perang Dunia Pertama dimulai.
****
Nah, begitulah asal-muasal Perang Dunia Pertama. Sebuah bentrokan maha-dahsyat dalam sejarah modern yang berawal karena keserakahan dan terus berlarut-larut karena kekonyolan manusia. Moga-moga setelah baca artikel ini, pengetahuan & wawasan lo tentang sejarah dunia bertambah, dan bisa menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan lo, baik sebagai seorang terpelajar maupun sebagai bagian dari masyarakat demokrasi.
Sumber:
Fareed Zakaria: Post American World
Lynn Abrams: Bismarck and the German Empire 1871 – 1918
Patrick J. Buchanan: Chuchill, Hitler, and the Unnecessary War
Samuel P. Huntington: The Soldier and The State
https://networks.h-net.org/node/35008/pages/60783/bismarcks-fall-power-1890
http://www.firstworldwar.com/source/austrianultimatum.htm
http://www.history.com/this-day-in-history/austria-hungary-issues-ultimatum-to-serbia